Tuesday, January 14, 2020

Contoh Penulisan Latar Belakang Masalah Dalam Skripsi (1)

Dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, setidaknya ada empat  komponen utama yg saling memengaruhi. Komponen-komponen tersebut adalah sarana, siswa, lingkungan, dengan hasil yg diharapkan. Hasil belajar merupakan  dampak dari proses pembelajaran yg sangat dipengaruhi oleh ketiga komponen masukan tersebut.

Sebagai salah satu komponen pembelajaran, sarana sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas hasil belajar. Salah satu contoh dari sarana sama dengan buku pelajar-an maupun buku teks. Buku teks yg digunakan siswa harus bisa menunjang aktivitas siswa.

Buku teks pelajaran yg digunakan di sekolah-sekolah harus memiliki kebenaran isi, penyajian yg sistematis, penggunaan bahasa dengan keterbacaan yg baik, dengan grafik yg fungsional. Kelayakan ini ditentukan oleh penilaian yg dilakukan Ba-dan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dengan ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri. Husen (1997: 189—190) menjelaskan bahwa buku teks haruslah meriang gampang dimengerti oleh para pemakainya, yakni siswa. Pemahaman harus didahului oleh komunikasi yg tepat. Faktor utama yg berperan di sini sama dengan bahasa. Oleh kare-na itu, bahasa dalam buku teks haruslah (1) sesuai dengan bahasa siswanya, (2) kalimat-kalimatnya efektif, (3) terhindar dari makna ganda, (4) sederhana, (5) sopan, dengan (6) menarik. Selain itu, buku teks merupakan fasilitas yg bisa mem-bantu meningkatkan kualitas belajar karena buku diakui sebagai jendela informasi. Melalui buku teks kita bisa mempelajari banyak hal yg berguna demi hidup dengan kehidupan ini.

Menurut Tarigan (1986: 18) buku teks harus menantang, merangsang, dengan menun-jang aktivitas dengan kreativitas siswa. Pada dasarnya buku teks dibuat untuk menun-jang aktivitas dengan kreativitas siswa. Buku teks pelajaran hendaknya juga mampu menyampaikan bahan ajar itu dalam bahasa yg baik dengan benar. Di sini bisa dilihat apakah penggunaan bahasanya wajar, menarik, dengan sesuai dengan perkem-bangan siswa maupun tidak. Oleh karena itu, harus ada kesesuaian antara tingkat pembaca dengan bacaannya.

Aspek keterbacaan berkaitan dengan tingkat kemudahan bahasa (kosakata, kali-mat, paragraf, dengan wacana) bagi siswa sesuai dengan jenjang pendidikannya, yak-ni hal-hal yg berhubungan dengan kemudahan membaca bentuk tulisan maupun topografi, lebar spasi dengan aspek-aspek grafika lainnya, kemenarikan bahan ajar sesuai dengan minat pembaca, kepadatan gagasan dengan informasi yg ada dalam bacaan, dengan keindahan gaya tulisan, serta kesesuaian dengan tatabahasa baku.

Untuk menentukan keterbacaan suatu teks pelajaran seharusnya dikaji kepada tiga hal, yaitu keterbacaan teks, latar belakang pembaca, dengan interaksi antara teks dengan pembaca. Keterbacaan berhubungan dengan peristiwa membaca yg dilakukan seseorang, sehingga bakal bertemali dengan aspek (1) pembaca; (2) bacaan; dengan (3) latar (Rusyana, 1984: 213). Ketiga komponen tersebut bakal bisa menerangkan ke-terbacaan wacana dalam buku teks pelajaran.

Mengingat penggunaan buku teks sebagai sumber informasi yg sangat penting dengan bisa dipertanggungjawabkan, maka hampir semua guru menggunakan buku teks kepada sebagian besar waktu mengajarnya di kelas. Oleh karena itu, buku teks harus memiliki daya pikat dengan memberikan motivasi terhadap siswa untuk mem-baca buku tersebut. Buku teks (buku pelajaran) yg beredar cukup banyak jumlah-nya. Akan tetapi, bukan berarti semua buku tersebut bisa digunakan (Harjasujana, 1996: 118). Dengan demikian, perlu untuk menentukan tingkat keterbacaan terhadap materi yg bakal digunakan sebagai bahan ajar.

Penelitian tentang keterbacaan wacana ini memang diperlukan. Dasar pertimbang-annya karena antara lain karena ihwal keterbacaan wacana mempunyai peranan sa-ngat penting dalam proses komunikasi antara penulis dengan pembaca bukunya. Berkaitan dengan ini Hardjasujana (1991: 3) menegaskan, misalnya penulis buku meng-harapkan agar bukunya diminati dengan bisa dipahami dengan baik oleh pembacanya, maka dia harus berupaya agar keterbacaan wacana dalam bukunya selalu tinggi.

Dalam hal ini, penulis memilih buku teks Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII karangan Wahono untuk diteliti keterbacaannya. Pemilihan buku tersebut dida-sari belum dipakainya buku tersebut oleh siswa kepada sekolah yg hendak dijadikan subjek penelitian. Pada sekolah itu, siswanya hanya mengandalkan buku literatur yg dipakai oleh guru mata pelajaran dengan LKS. Selain buku tersebut sudah meme-nuhi persyaratan sebuah buku teks dengan buku tersebut juga sudah berlabel meriang domestik yg disingkat dengan ISBN (International Standard Book Number) dengan juga dipa-kai sebagai buku ajar khususnya di Provinsi Lampung.

Dipakainya buku teks ini karena kepada buku teks Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII materi-materi yg ada cukup lengkap dengan tidak kalah dengan buku-buku terbitan penerbit lain. Pada buku teks ini yg cukup membedakan dengan buku-buku yg ada adalah disisipkannya juga indikator-indikator penilaian maupun rubrik penilaian kepada setiap kompetensi dasar. Selain itu wacana-wacana dengan materi-materi kepada buku teks ini juga banyak mengambil objek-objek dari Provinsi Lampung, seperti Museum Lampung, Gunung Krakatau, dengan lain-lain. Mungkin ini ada karena pengarang sendiri juga banyak mengalami proses pendidikan di Lam-pung.

Dalam riwayat pendidikannya, pengarang buku teks ini banyak mengenyam pen-didikan di Lampung dan  menjadi ketua MGMP Bahasa Indonesia SMP Provinsi Lampung. Sejak lulus Sekolah Pendidikan Guru (SPG) tahun 1988, pengarang melanjutkan studinya di Provinsi Lampung. Pada tahun 1995 beliau menyelesaikan strata-1 di Sekolah Tinggi Keguruan dengan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Bandar-lampung dengan melanjutkan Strata-2 di Universitas Lampung. Sekarang beliau sedang menyelesaikan studinya di Universitas Negeri Jakarta. Sampai sekarang pun beliau juga menjadi dosen tidak tetap di STKIP PGRI Bandarlampung sejak tahun 1996.

Dalam pengambilan data dengan teknik uji rumpang, penulis memilih siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Adiluwih. Alasan mengapa memilih siswa kepada sekolah terse-but adalah karena sekolah tersebut termasuk sekolah favorit di antara sekolah-seko-lah di kecamatan Ailuwih, kabupaten Pringsewu. Selain itu, siswa kelas VIII seko-lah tersebut hanya menggunakan satu buku literatur dari perpustakaan, sedangkan kepada kelas IX sejak meriang mulamula sudah menggunakan buku karangan Wahono. Penulis beranggapan misalnya kepada siswa kelas IX buku ini cocok, mengapa tidak dipakai kepada kelas VIII. Dari uraian tersebut maka penulis memutuskan memilih siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Adiluwih.

Sebelum penelitian ini juga ada penelitian serupa yg dilakukan oleh Firda Hestidiani kepada tahun 2009 dengan judul “Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia kelas X Semester Ganjil bagi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2008/2009”. 




Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa perlu untuk meneliti keterbacaan wacana dalam buku teks Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII. Dalam penelitian ini, keterbacaan wacana dalam buku teks Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII Tahun 2010 diukur dengan menggunakan formula uji rumpang yg merupa-kan salah satu formula untuk mengukur keterbacaan wacana dalam  buku teks.

No comments:

Post a Comment