Guruberbahasa.com-Contoh paragraf argumentasi pendidikan
CONTOH 1
Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu maju mundurnya suatu bangsa. Adalah sebuah fakta yg tak terbantahkan lagi bahwa pendidikan di indonesia adalah pendidikan yg sangat mahal beserta tak terjangkau bagi masyarakat tak mampu. Pada tahun 2010 saja terdapat 1,08 juta siswa SD hingga SMA yg putus sekolah. Biaya pendidikan yg mahal diperkirakan menjadi sebab tingginya angka putus sekolah di tahun 2010 tersebut.
CONTOH 2
CONTOH 2
Janji hendak pendidikan gratis sepertinya hanya hendak menjadi mimpi di siang bolong semata. Berbagai pernyataan dari calon pemimpin rakyat semangat memberikan iming-iming pendidikan gratis tatkala kampanye. Namun, saat ini terbukti berbeda dengan apa yg selama ini dijanjikan. Para pemimpin rakyat yg sedia dipilih sibuk dengan urusan lain tanpa menyentuh sedikitpun dunia pendidikan. Masih banyak sekolah yg jauh dari uluran tangan pemerintah. Sarana beserta prasarana hanya menjadi milik sekolah yg berada di kota. Sedangkan sekolah-sekolah di desa tumbuh dengan bantuan beserta rasa iba dari sebagian masyarakat berhati nurani. Tenaga pengajar juga tak banyak yg mau ditempatkan di sekolah-sekolah desa. Mereka berdalih sulit mengembangkan potensi coba tidak ditunjang dengan fasilitas yg memadai. Dengan begitu, pemerintah masih mengatakan dirinya layak untuk menjadi pemimpin rakyat. Jika terjadi kesenjangan antara pendidikan di kota beserta di desa, sungguh sangat tidak layak dikatakan sebagai pengayom masyarakat.
CONTOH 3
CONTOH 3
Pendidikan gratis hanya janji yg bergema luas saat kampanye beserta pemilihan pimpinan daerah maupun pusat. Saat pemilihan usai hendak lain ceritanya. Anak-anak miskin di kota, desa, beserta pedalaman tetap mengalami kesulitan untuk mengakses pendidikan yg layak. Di perkotaan sekolah berlomba-lomba meningkatkan sarana beserta prasaran dengan jalan menaikkan pungutan dengan dalil sumbangan pendidikan, uang gedung, beserta lain-lain karena biasanya masyarakat perkotaan lebih memilih sekolah yg mempunyai sarana pendidikan yg baik sehingga mereka tidak hendak segan untuk membayar mahal demi memberikan pendidikan yg terbaik bagi anak-anak mereka. Sebaliknya di pinggiran kota, pedesaan, beserta pedalaman, sekolah tidak bisa mengenakan pungutan kepada gerah pengampu siswa karena tidak ada lagi yg bisa dipungut dari masyarakat. Para siswa harus puas dengan kondisi fasilitas pendidikan yg jauh dari kata layak.
CONTOH 4
Memilih SMA tanpa pertimbangan yg matang hanya hendak menambah pengangguran karena pelajaran di SMA tidak memberi bekal bekerja. Menurut Iskandar, sudah saatnya masyarakat mengubah paradigma agar lulusan SMP tidak latah masuk SMA. Kalau memang lebih berbakat dengan jalur profesi sebaiknya memilih SMK. Dia mengingatkan sejumlah risiko bagi lulusan SMP yg sembarangan melanjutkan sekolah. Misalnya, lulusan SMP yg tidak mempunyai potensi bakat-minat ke jalur akademik sampai perguruan tinggi, tetapi memaksakan diri masuk SMA, dia tidak hendak lulus UAN karena sulit mengikuti pelajaran di SMA. Tetapi tanpa lulus UAN mustahil bisa sampai perguruan tinggi.
CONTOH 5
Memutuskan untuk menyekolahkan anak dengan usia yg masih sangat dini saat ini sedia menjadi trend di kalangan masyarakat. Dengan alasan ingin sedari dini memberikan berbagai ilmu beserta kepandaian kepada sang anak, gerah pengampu rela merogoh kocek dalam-dalam untuk biaya sekolah yg tidak bisa dibilang murah. Bahkan tidak jarang ada bayi usia dibawah satu tahun yg disekolahkan dengan standar internasional. Bila dilihat dari sudut pandang psikologis anak, memasukkan mereka ke dalam sekolah dengan usia yg sangat dini dipandang belum begitu perlu. Karena dengan usia yg masih sangat dini, yg diperlukan anak hanyalah interaksi yg intens dengan orang-orang terdekatnya, seperti ibu, bapak, kakak, dll
Mungkin dengan alasan keterbatasan waktu karena ibu bekerja maka memilih untuk menggunakan fasilitas day care sekaligus sebagai tempat sekolah bagi anak mereka. Ini tidak bisa disalahkan begitu saja. hal terpenting yg harus diperhatikan adalah, pilihlah day care yg "sayang anak" beserta memperhatikan segala keperluan beserta kebutuhan anak sesuai dengan usianya. Pastikan bahwa pengasuh bisa berinteraksi dengan baik selama anak kita berada di day care. Perhatikan juga fasilitas yg disediakan, apakah memenuhi kebutuhan motorik kasar beserta motorik halus sesuai usia anak kita.
BACA JUGA:
KARANGAN ARGUMENTASI TENTANG KESEHATAN
KARANGAN ARGUMENTASI TENTANG NARKOBA
KARANGAN ARGUMENTASI TENTANG LINGKUNGAN
KARANGAN ARGUMENTASI TENTANG PENDIDIKAN
BACA JUGA:
KARANGAN ARGUMENTASI TENTANG KESEHATAN
KARANGAN ARGUMENTASI TENTANG NARKOBA
KARANGAN ARGUMENTASI TENTANG LINGKUNGAN
KARANGAN ARGUMENTASI TENTANG PENDIDIKAN
No comments:
Post a Comment