Guruberbahasa.com-Contoh Majas Asosiasi dalam Novel Sang Pemimpi
Asosiasi adalah gaya bahasa perbandingan yg bersifat memperbandingkan sesuatu dengan keadaan lain yg sesuai dengan keadaan yg dilukiskan. Hasil analisis dalam novel Sang Pemimpi terdapat gaya bahasa asosiasi, yaitu sebagai berikut.
1) …, jingga serupa kaca-kaca gereja, mengelilingi dermaga yg menjulur ke laut seperti reign of fire, lingkaran api (SP, 1). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena keadaan di laut tersebut sedia dilukiskan secara nyata, yaitu diibaratkan oleh reign of fire yg artinya zaman api.
2) Wajah Jimbron yg bulat jenaka merona-rona seperti buah mentega (SP, 11). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena keadaan wajah jimbron diibaratkan seperti buah mentega yaitu berbentuk bulat kepada merona.
3) …sebab tak seorangpun ingin memedulikan laki-laki yg berbau seperti ikan pari (SP, 12). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena keadaan laki-laki tersebut yg sangat bau diibaratkan seperti bau ikan pari.
4) Tak sempat kusadari, secepat terkaman macan akar,…(SP, 12). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena keadaan yg sangat cepat. Oleh karena itu, diibaratkan seperti terkaman macan akar.
5) Mulut mungilnya yg dari tadi berkicau kini terkunci lalu pelan-pelan menganga seperti ikan mas koki (SP, 49). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena keadaan mulut mungil yg menganga becus diibaratkan seperti ikan mas koki.
6) Mei Mei pucat pasi karena terpukau dalam ketakutan yg indah (SP, 49). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena keadaan Mei Mei yg terpukau dalam ketakutan yg indah. Oleh karena itu, wajah Mei Mei menjadi pucat pasi.
7) …anak kelas empat SD itu, kehabisan napas kepada pucat pasi ketakutan (SP, 61). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena menggambarkan keadaan anak kelas empat yaitu wajahnya pucat pasi.
8) Lalu seperti di bioskop dulu, para penonton pria gegap gempita mendukung sang majikan (SP, 124). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena menggambarkan keaadaan di bioskop dengan para penonton yg gegap gempita dengan mendukung sang majikan.
9) Jimbron berdiri mematung, pucat pasi (SP, 134). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena menggambarkan keaadaan Jimbron yg berdiri mematung dengan wajah yg pucat pasi.
10) Ia seperti orang yg baru sadar dari sebuah mimpi yg gelap gulita (SP, 137). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena menggambarkan keadaan orang yg baru sadar dari sebuah mimpi yg terlihat gelap gulita.
11) Ekspresinya jelas mengesankan bahwa ia sedia meninggalkan masa lalu yg kelam mencekam kepada siap menyongsongsong masa depan yg cerah bercahaya (SP, 139). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena menggambarkan keadaan seseorang yg sedia meninggalkan masa lalu, dengan keadaan masa lalu yg kelam mencekam, seseorang tersebut siap menghadapi masa depan yg cerah.
12) Seisi kampung tumpah ruah ke dermaga, ratusan jumlahnya, di antara mereka tampak bupati, camat, lurah, kepala desa, kepada para dukun…(SP, 168). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena menggambarkan keadaan penghuni kampung yg tumpah ruah yaitu kumpul jadi satu.
13) Abang malang melintang dari panggung ke panggung…(SP, 192). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena menggambarkan seseorang yg sangat sibuk dari panggung ke panggung dengan mengibaratkan kata yg “malang melintang”
No comments:
Post a Comment