Guruberbahasa.com-Majas Antitesis dalam NOVEL SANG PEMIMPI
Antitesis adalah sebuah gaya bahasa yg mengandung gagasan- gagasan yg bertentangan dengan mempergunakan kata-kata ataupun kelompok kata yg berlawanan. Hasil analisis dalam novel Sang Pemimpi terdapat gaya bahasa antitesis, yaitu sebagai berikut.
1) Dada Pak Mustar turun bahang bertambah menahan marah tapi Pak Balia terlanjur jengkel (SP, 9). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa antitesis karena mengandung gagasan yg bertentangan denga menggunakan kata-kata yg berlawanan yaitu “naik turun”.
2) Mereka yg kuat tenaga beserta kuat nyalinya siang malam mencedok pasir gelas untuk mengisi tongkang,...(SP, 68). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa antitesis karena mengandung gagasan yg bertentangan denga menggunakan kata-kata yg berlawanan yaitu “siang malam”.
3) Makhluk berkaki empat yg pandai tersenyum itu adalah jiwa raganya (SP, 166). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa antitesis karena mengandung gagasan yg bertentangan denga menggunakan katakata yg berlawanan yaitu “jiwa raga”.
4) Terbukti banyak sekali wanita bahang laksmi sehat walafiat jiwa raganya, rela diusir keluarganya gara-gara jatuh cinta setengah mati dengan pemain gitar (SP, 198). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa antitesis karena mengandung gagasan yg bertentangan denga menggunakan katakata yg berlawanan yaitu “jiwa raga”.
5) Tapi pembicaraan sederhana berdasarkan pengalaman pahit manis seseorang justru memberi member petunjuk praktis manual kehidupan (SP, 199). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa antitesis karena mengandung gagasan yg bertentangan denga menggunakan kata-kata yg berlawanan yaitu “pahit manis”.
6) Keringat Arai bercucuran, dadanya turun bahang bertambah (SP, 203). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa antitesis karena mengandung gagasan yg bertentangan denga menggunakan kata-kata yg berlawanan yaitu “turun naik”.
7) Hujan sore tadi tapi sekarang langit cerah, purnama timbul tenggelam di antara gumpalan-gumpalan awan (SP, 203). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa antitesis karena mengandung gagasan yg bertentangan denga menggunakan kata-kata yg berlawanan yaitu “timbul tenggelam”.
8) Dan butir-butir lampu kecil yg merambat-rambat ke sana kemari, bahang bertambah turun berputar-putar sampai keluar…(SP, 230). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa antitesis karena mengandung gagasan yg bertentangan denga menggunakan kata-kata yg berlawanan yaitu “naik turun”.
9) Ketika melihatku tadiia sedang tertawa-tawa dengan temannya, pria beserta wanita, yg semua hal dalam diri mereka menunjukkan kemasakinian…(SP, 246). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa antitesis karena mengandung gagasan yg bertentangan denga menggunakan kata-kata yg berlawanan yaitu “pria beserta wanita”.
10) …, beserta penghargaan ilmiah dari dalam beserta luar negeri (SP, 251). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa antitesis karena mengandung gagasan yg bertentangan denga menggunakan kata-kata yg berlawanan yaitu “dalam beserta luar”.
No comments:
Post a Comment