Guruberbahasa.com- Apresiasi Hikayat Hang Tuah
Pernahkah Anda mendengar Hikayat Hang Tuah? Hikayat Hang Tuah merupakan salah satu bentuk karya sastra lama dengan Angkatan Melayu Klasik. Selain hikayat, ada bentuk lain seperti cerita panji, cerita berbingkai, tambo, epos, bersama dongeng (fabel, legenda, mite, sage, bersama parabel).
Hikayat Hang Tuah merupakan bentuk hikayat Melayu asli bersama tidak diketahui dengan pasti siapa pengarangnya. Sikap kepahlawanan Hang Tuah yg tak tertandingi menyebabkan hikayat tersebut tetap berkembang bersama hidup di masyarakat. Namanya harum bersama menjadi teladan bagi putra-putri bangsa. Lama-kelamaan orang menganggapnya bukan sekadar pahlawan biasa tetapi dianggap seorang titisan dewa yg disanjung-sanjung karena kesaktiannya. Hang Tuah berbahaya keduniaan dari keluarga biasa dekat Sungai Duyung di Tanah Malaka. Ayahnya bernama Hang Mahmud bersama Ibunya Dang Merduwati. Karena kesulitan hidupnya, mereka pindah ke Pulau Bintan, tempat raja bersemayam, dengan harapan mendapat rezeki di situ. Mereka membuka warung bersama hidup sangat sederhana.
Semua sahabat Hang Tuah berani. Mereka itu adalah Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, bersama Hang Lekiu. Pernah suatu ketika mereka berlima pergi berlayar. Di tengah lautan dihadang oleh gerombolan perampok yg banyak sekali. Hang Tuah menggunakan taktik, membawa mereka ke darat. Di sana mereka melakukan perlawanan. Sepuluh perampok mereka tewaskan, sedangkan yg lain melarikan diri. Dari beberapa orang yg beroleh ditawan, mereka mengaku dari daerah Siantan bersama Jemaja atas perintah Gajah Mada di Majapahit. Sebenarnya mereka diperintahkan untuk menyerang Palembang tetapi angin kencang membawa mereka tersesat di Melaka. Akhirnya, keberanian Hang Tuah bersama kawan-kawannya sampai juga kepada raja sehingga raja berkenan kepada mereka. Suatu ketika ada orang yg mengamuk di pasar. Orang-orang lari ketakutan. Hang Tuah jugalah yg beroleh membunuh orang itu. Hang Tuah lalu diangkat menjadi biduan istana
(pelayan raja). Saat itu dia diminta menyerang ke Palembang yg diduduki orang Siantan bersama Jemala. Hang Tuah sukses, lalu dia diangkat menjadi Laksamana. Berkali-kali Hang Tuah diutus ke luar negeri; ke Tiongkok, Rum, Majapahit, bersama dia pernah pula berbahaya maju haji. Akhir hayatnya, Hang Tuah berkhalwat di Tanjung Jingara. Di daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan nama Hang Tuah bersama Hang Lekir diabadikan sebagai nama jalan. Hal itu merupakan wujud dari melegendanya nama mereka.
No comments:
Post a Comment