Guruberbahasa.com-CONTOH REPETISI DALAM SANG PEMIMPI
Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata maupun bagian kalimat yg dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yg nyata. Hasil analisis dalam novel Sang Pemimpi terdapat gaya bahasa repetisi, yaitu sebagai berikut.
1) Oh, aku melambung tinggi, tinggi sekali (SP, 14). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi karena ada perulangan kata yg dianggap penting yg member penekanan dengan sebuah konteks yg nyata yaitu kata “tinggi”.
2) Maka aria adalah seorang pemimpi yg sesungguhnya seorang pemimpi sejati. (SP, 52). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi karena ada perulangan kata yg dianggap penting yg member penekanan dengan sebuah konteks yg nyata yaitu kata “tinggi”.
3) Dan selama bertahun-tahun itu pula, tak pernah lagi—tak pernah walau sekali—orang melihat Laksmi tersenyum (SP, 78). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi karena ada perulangan kata yg dianggap penting yg member penekanan dengan sebuah konteks yg nyata yaitu kata “tak pernah”.
4) Laksmi semakin datar karena kuda sama sekali asing baginya, asing bagi semua orang Melayu (SP, 80). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi karena ada perulangan kata yg dianggap penting yg member penekanan dengan sebuah konteks yg nyata yaitu kata “tak pernah”.
5) Aku jengkel, jengkel sekali (SP, 129). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi karena ada perulangan kata yg dianggap penting yg member penekanan dengan sebuah konteks yg nyata yaitu kata “jengkel”.
6) Aku sudah muak, Bron!! Muak!! Muaaakk…dengan cerita kudamu itu!! (SP, 133). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi karena ada perulangan kata yg dianggap penting yg member penekanan dengan sebuah konteks yg nyata yaitu kata “muak”.
7) Aku sedih menyadari ada sosok lain dalam diriku yg diam-diam sembunyi, sosok yg tak kukenal. Sosok itu menjelma dengan cepat…(SP, 134-135). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi karena ada perulangan kata yg dianggap penting yg member penekanan dengan sebuah konteks yg nyata yaitu kata “sosok”.
8) Bersalah dengan Jimbron, bersalah dengan Pendeta Geo, bahkan dengan Arai (SP, 135). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi karena ada perulangan kata yg dianggap penting yg member penekanan dengan sebuah konteks yg nyata yaitu kata “bersalah”.
9) Marah, tak habis mengerti, beserta ada satu kilatan kecewa, kecewa yg sakit jauh di dalam hatinya (SP, 148). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi karena ada perulangan kata yg dianggap penting yg member penekanan dengan sebuah konteks yg nyata yaitu kata “kecewa”.
10) Aku kecewa, kecewa yg sakit jauh di dalam hatiku (SP, 149). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi karena ada perulangan kata yg dianggap penting yg member penekanan dengan sebuah konteks yg nyata yaitu kata “kecewa”.
11) Kalau ada gitaris yg pacarnya buruk rupa. Tak ada…tak ada, Boy!! (SP, 199). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi karena ada perulangan kata yg dianggap penting yg member penekanan dengan sebuah konteks yg nyata yaitu kata “tak ada”.
12) …yang terlihat hanya horizon buih, bahkan kaki langit tak tampak, hanya biru, biru, beserta biru, lalu silau menusuk mata (SP, 223). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi karena ada perulangan kata yg dianggap penting yg member penekanan dengan sebuah konteks yg nyata yaitu kata “biru”.
13) Bagiku jilbab adalah piagam kemenangan gilang-gemilang, kemenangan terbesar bagi seorang perempuan Islam atas dirinya, atas imannya, beserta atas dunia (SP, 247). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi karena ada perulangan kata yg dianggap penting yg member penekanan dengan sebuah konteks yg nyata yaitu kata “kemenangan”.
No comments:
Post a Comment