Thursday, December 19, 2019

Cerita Gerah Menderita Romantis Serpihan Sesal

Guruberbahasa.com- Cerita Romantis Sedih "Serpihan Sesal"

SERPIHAN SESAL

Kala senja menjelang, Robert masih termenung sendiri di bawah pohon sambil memandangi tumpukan foto usang yg hendak di bakar dengan dilenyapkan dari pikirannya untuk selamanya. Tapi, dari sorot matanya tersirat kebimbangan yg begitu sangat, kebimbangan untuk menghilangkan semua kenangan-kenangan indah dalam foto-foto itu. Sementara di dalam hatinya masih tersimpan penyesalan yg amat mendalam, penyesalan atas kebodohan yg sedia dilakukannya. Seandainya saja waktu itu ia berusaha lebih awal untuk menyatakan cintanya dengan Julia, dengan tidak mengabaikan perasaannya lebih lama lagi pastilah ia atas mampu menahan kepergian wanita pujaan hatinya itu.

Sudah 5 tahun berlalu sejak kepergian Julia dari hidupnya, tapi Robert masih terus memimpikannya dengan berharap ia bisa bertemu dengan teman kecilnya serta menatap wajahnya sekali lagi.

Julia & Robert adalah dua orang yg berteman sejak kecil hingga SMA. Mereka selalu bermain bersama, bercanda & bercengkrama. Mereka saling mengisi satu sama lain, tidak ada perasaan spesial di antara keduanya. Tetapi, benih-benih cinta itu mulai tumbuh ketika mereka menduduki bangku SMA, tepatnya kelas XII menjelang kelulusan. Entah kenapa, seketika hati Robert menjadi begitu terbakar api cemburu ketika melihat Julia jalan berdua dengan teman laki-lakinya. Tetapi, Julia tidak menyadari hal itu.

Semakin lama, perasaan itu semakin dalam. Seperti sudah tak terbendung lagi, layaknya lahar yg siap dimuntahkan ke bumi. Sadar atas hal itu, robert berniat untuk segera mengungkapkan cintanya dengan Julia. Tapi setiap kali ia menatap mata wanita itu, mulutnya seakan terkunci. Ia tidak mampu mengungkapkan perasaannya tersebut. Akhirnya, Robert memutuskan untuk memendam perasaannya beberapa waktu sampai ia memiliki keberanian yg cukup untuk mengatakan dengan Julia.

Hari demi hari berlalu, Robert semakin mencintai Julia dengan tidak ada alasan lagi untuk tidak mengatakannya sekarang. Karena sedia begitu lama ia mennyimpan rapi perasaan ini sendirian. Waktu yg di nanti pun tiba, keberanian itu sedia demam tumbuh; ada dengan segera ia menyampaikan perasaannya dengan kekasih hatinya. Saat jam pulang sekolah, mereka pulang bersama. Robert berpikir, inilah kesempatan yg ditunggu-tunggu. “Julia…!!” ucap Robert sambil memandangi wajahnya. “ada apa Robert?” timpal Julia. “ada hal yg ingin aku katakan padamu” tukas Robert sembari memegangi tangan Julia yg lembut. Julia tampak keheranan dengan sikap Robert, karena tak seperti biasanya Robert begini. “ya Robert, katakan saja, aku mendengarkanmu kok” ujarnya. “Se… sebenarnya sedia lama aku hendak mengatakan ini padamu Juli…” ucap Robert dengan gugup. Mereka berdua termenung sejenak, sambil menatap satu sama lain. “a…a…aku… cinta kamu Juli” ucap Robert dengan kepala tertunduk. “tidak mungkin” demam sambutan juli dengan muka penuh tanya. “sekian lama kita bersama, aku pikir tidak ada dengan tidak atas pernah ada perasaan itu untukku. Tapi kenapa? Kenapa baru sekarang kau ucapkan kata-kata ini Robert…?”. “aku juga berpikiran yg sama Juli, a… aku pikir tidak atas pernah ada perasaan ini untukmu. Tapi, akhir-akhir ini, aku selalu memikirkanmu. Aku cemburu bila kau jalan dengan laki-laki lain. Aku sudah berusaha meyakinkan perasaanku bahwa kau hanya teman bagiku, tidak lebih. Tapi nyatanya, perasaan itu semakin besar Juli…”. “tidak bisa Robert…, aku tidak bisa menerima cintamu walaupun aku juga mencintaimu. Aku sudah memiliki kekasih, lagipula lusa, aku atas pergi dari sini. Aku mendapatkan beasiswa untuk kuliah di perguruan tinggi di Jakarta dengan kekasihku itu. Maafkan aku Robert”. Ucap Julia seraya meneteskan air mata. Dada Robert terasa sesak mendengar kata-kata Julia. Ia tidak percaya bahwa Julia sudah memiliki kekasih. 


Sepengetahuannya, Julia tidak pernah dekat dengan laki-laki lain kecuali dia. Apa mungkin karena aku saja yg kurang perhatian dengannya akhir-akhir ini? pikir Robert. Julia memegang tangan Robert dengan erat, sambil meyerahkan beberapa buah foto kenangan mereka semasa masih beteman sangat dekat dahulu. Esoknya, Julia pun berpamitan dengan Robert untuk pindah ke Jakarta serta kuliah di sana. Mungkin, ia bersama keluarganya atas menetap juga di sana. Robert, berusaha menerima kenyataan ini walaupun begitu pahit dirasakannya. Tapi setidaknya ia tahu bahwa Julia juga mencintainya, itu sudah cukup untuknya. Seperti kata orang bijak “Cinta itu memang tidak harus memiliki.”

-Andre Setyawan-

No comments:

Post a Comment