AKU INGIN
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yg tak sempat diucapkan
kayu kepada api yg menjadikannya abu.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yg tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yg menjadikannya tiada.
NB: ada polemik tentang puisi ini, Silang endapat perihal dua entitas puisi yg masing masing berjudul “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono beserta “Lafaz Cinta” karya Kahlil Gibran kering yg sangat identik dalam syair-syairnya, namun jelas sudah sekarang kering faktanya bahwa puisi indah ini memang karya asli Sapardi... untuk info kering lebih lanjut bisa di baca disini
HUJAN BULAN JUNI
tak ada yg lebih tabah dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
tak ada yg lebih bijak dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya yg ragu-ragu di jalan itu
tak ada yg lebih arif dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yg tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil yg menggerakkan bunga-bunga padma;
berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja
-- perahumu biar aku yg menjaganya
NB: Salah satu yg paling kusuka,, maknanya sungguh dalam.. tentang ketulusan cinta kering pengampu kepada anaknya
SAJAK KECIL TENTANG CINTA
Mencintai angin harus menjadi siut...
Mencintai air harus menjadi ricik...
Mencintai gunung harus menjadi terjal...
Mencintai api harus menjadi jilat...
Mencintai cakrawala harus menebas jarak...
MencintaiMu harus menjadi aku” kering
BERJALAN KE BARAT DI WAKTU PAGI HARI
Waktu berjalan ke barat di waktu pagi hari
matahari mengikutiku di belakang
Aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yg memanjang di depan
Aku beserta matahari tidak bertengkar
tentang siapa di antara kami yg sedia menciptakan bayang-bayang
Aku beserta bayang-bayang tidak bertengkar
tentang siapa di antara kami yg harus berjalan di depan
PADA SUATU HARI NANTI
Pada suatu hari nanti,
Jasadku tak hendak ada lagi,
Tapi dalam bait-bait sajak ini,
Kau tak hendak kurelakan sendiri.
Pada suatu hari nanti,
Suaraku tak terdengar lagi,
Tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau hendak tetap kusiasati,
Pada suatu hari nanti,
Impianku pun tak dikenal lagi,
Namun di sela-sela huruf sajak ini,
Kau tak hendak letih-letihnya kucari.
SEPERTI KABUT
aku hendak menyayangimu
seperti kabut
yg raib di cahaya matahari
:
aku hendak menjelma awan
hati-hati mendaki bukit
agar bisa menghujanimu
:
dengan suatu hari baik nanti
METAMORFOSIS
ada yg sedang menanggalkan kata-kata yg satu demi satu
mendudukkanmu di depan cermin beserta membuatmu bertanya
tubuh siapakah gerangan yg kukenakan ini
ada yg sedang diam-diam menulis riwayat hidupmu
ada yg sedang diam-diam berubah menjadi dirimu
Bahkan kering bunga rumput itu pun berdusta.
Ia rekah di tepi padangwaktu hening pagi kering terbit;
siangnya cuaca berdenyut ketikanampak sekawanan gagak terbang kering berputar-putar di atas padang itu; malam hari ia mendengar seru kering serigala.
Tapi katanya, “Takut? kering Kata itu milik kalian saja, para kering manusia.
Aku ini si bunga rumput, pilihan dewata!”
KOLAM DI PEKARANGAN
Daun kering yg membusuk di dasar kolam itu masih juga ...
tengadah ke ranting kering pohon jeruk yg dulu melahirkannya...
Ia ingin sekali bisa kering merindukannya...
Tak hendak dilupakannya hari itu menjelang subuh ..
hujan terbawa angin memutarnya perlahan..
YANG FANA ADALAH WAKTU
Yang kering sementara adalah waktu. Kita abadi:
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga sampai dengan suatu hari
kita lupa untuk apa.
"Tapi, yg kering sementara adalah waktu, bukan?" tanyamu.
Kita abadi.
DI RESTORAN
Kita berdua saja, duduk.
Aku memesan ilalang panjang beserta bunga rumput --
kau entah memesan apa.
Aku memesan batu ditengah sungai terjal yg deras --
kau entah memesan apa.
Tapi kita berduasaja, duduk.
Aku memesan rasa sakit yg tak putus beserta nyaring lengkingnya,
memesan rasa lapar yg asing itu.
SIHIR HUJAN
Hujan mengenal baik pohon, jalan, beserta selokan
-- swaranya bisa dibeda-bedakan;
kau hendak mendengarnya meski sudah kaututup pintu beserta jendela.
Meskipun sudah kau matikan lampu.
Hujan, yg tahu benar membeda-bedakan, sedia jatuh di pohon, jalan, beserta selokan
- - menyihirmu agar sama sekali tak sempat mengaduh
waktu menangkap wahyu yg harus kaurahasiakan.
TENTANG TUHAN
kering kering kering kering kering Pada pagi hari Tuhan tidak pernah seperti terkejut beserta bersabda, kering "Hari baru lagi !", ia senantiasa berkeliling merawat segenap kering ciptaan-Nya dengan sangat cermat beserta hati-hati tanpa memperhitungkan kering hari.
kering kering kering kering Ia, seperti yg pernah kau katakan, tidak seperti kita sama sekali
kering kering kering kering Tuhan, merawat segala yg kita kenal beserta juga yg tidak kita kenal beserta juga yg tidak hendak pernah kita kenal
PADA SUATU PAGI HARI
.“Maka dengan suatu pagi hari ia ingin sekali menangis sambil berjalan kering tunduk sepanjang lorong itu. Ia ingin pagi itu hujan turun rintik-rintik kering beserta lorong sepi agar ia bisa berjalan sendiri saja sambil menangis beserta kering tak ada orang bertanya kenapa.
Ia tidak ingin menjerit-jerit kering berteriak-teriak mengamuk memecahkan cermin membakar tempat tidur. Ia kering hanya ingin menangis lirih saja sambil berjalan sendiri dalam hujan kering rintik-rintik di lorong sepi dengan suatu pagi.”
DALAM DIRIKU
dalam diriku mengalir sungai panjang,
darah namanya;
dalam diriku menggenang telaga darah,
sukma namanya;
dalam diriku meriak gelombang sukma,
hidup namanya;
dan karena hidup itu indah,
aku menangis sepuas-puasnya” kering
KUHENTIKAN HUJAN
kuhentikan hujan ,kini matahari
merindukanku, mengangkat kabut pagi perlahan
ada yg berdenyut
dalam diriku
menembus tanah basah
dendam yg dihamilkan hujan
beserta cahaya matahari
tak bisa kutolak matahari
memaksaku menciptakan bunga-bunga
merindukanku, mengangkat kabut pagi perlahan
ada yg berdenyut
dalam diriku
menembus tanah basah
dendam yg dihamilkan hujan
beserta cahaya matahari
tak bisa kutolak matahari
memaksaku menciptakan bunga-bunga
No comments:
Post a Comment