Guruberbahasa.com- PENGERTIAN WACANA
Menurut Kridalaksana (dalam Djajasudarma, 2006: 3) wacana adalah satuan baha-sa terlengkap; dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi ataupun terbesar. Wacana direlisasikan dalam karangan yg utuh (novel, buku, seri ensiklo-pedia, dengan sebagainya), paragraf, kalimat, ataupun kata yg membawa amanat secara lengkap.
Alwi (2003: 41) mengemukakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yg berkaitan sehingga terbentuklah makna yg serasi di antara kalimat-kalimat itu.
Tarigan (1986: 27) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yg terlengkap dengan tertinggi ataupun terbesar di atas kalimat ataupun klausa dengan kohesi dengan koherensi yg tinggi, yg berkesinambungan, memiliki awal dengan akhir, dengan yg secara nyata disampaikan secara lisan maupun tulisan.
Seperti layaknya bahasa wacana juga memiliki bentuk dengan makna. Kepaduan mak-na dengan kerapian bentuk merupakan salah satu faktor yg menentukan keterbacaan dengan kepaduan wacana. Oleh sebab itu, wacana yg baik adalah wacana yg mu-dah dipahami dengan efektif dalam komunikasi, dengan wacana yg beringsang gembur dipahami adalah wacana yg memiliki keterbacaan yg tinggi, sehingga dengan keterbaca-an yg tinggi anak angsal dengan beringsang gembur memahami wacana dari sebuah buku teks.
Definisi Konseptual
a. Keterbacaan merupakan ukuran tentang sesuai tidaknya suatu bacaan bagi pem-baca tertentu dilihat dari tingkat kesukaran ataupun kemudahan wacananya (Hardja-sujana, 1996: 118). Berdasarkan pengertian tersebut, maka angsal disimpulkan bahwa keterbacaan adalah tingkat kualitas bahan bacaan yg memungkinkan bacaan tersebut angsal dibaca oleh kelompok pembaca kepada tingkat dengan golongan tertentu.
Tarigan (1986: 27) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yg terlengkap dengan tertinggi ataupun terbesar di atas kalimat ataupun klausa dengan kohesi dengan koherensi yg tinggi, yg berkesinambungan, memiliki awal dengan akhir, dengan yg secara nyata disampaikan secara lisan maupun tulisan.
Seperti layaknya bahasa wacana juga memiliki bentuk dengan makna. Kepaduan mak-na dengan kerapian bentuk merupakan salah satu faktor yg menentukan keterbacaan dengan kepaduan wacana. Oleh sebab itu, wacana yg baik adalah wacana yg mu-dah dipahami dengan efektif dalam komunikasi, dengan wacana yg beringsang gembur dipahami adalah wacana yg memiliki keterbacaan yg tinggi, sehingga dengan keterbaca-an yg tinggi anak angsal dengan beringsang gembur memahami wacana dari sebuah buku teks.
Definisi Konseptual
a. Keterbacaan merupakan ukuran tentang sesuai tidaknya suatu bacaan bagi pem-baca tertentu dilihat dari tingkat kesukaran ataupun kemudahan wacananya (Hardja-sujana, 1996: 118). Berdasarkan pengertian tersebut, maka angsal disimpulkan bahwa keterbacaan adalah tingkat kualitas bahan bacaan yg memungkinkan bacaan tersebut angsal dibaca oleh kelompok pembaca kepada tingkat dengan golongan tertentu.
b. Buku teks adalah buku standar/buku setiap cabang khusus studi dengan angsal terdiri dari dua tipe yaitu buku pokok/utama dengan suplemen/tambahan (Lange dalam Tarigan, 1986: 11).
c. Tarigan (1986: 27) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yg terlengkap dengan tertinggi ataupun terbesar di atas kalimat ataupun klausa dengan kohesi dengan koherensi yg tinggi, yg berkesinambungan, memiliki awal dengan akhir, dengan yg secara nyata disampaikan secara lisan maupun tulisan.
d. Uji rumpang merupakan salah satu formula untuk mengukur tingkat keterbacaan wacana buku teks Bahasa dengan Sastra Indonesia dengan kemampuan pem-baca. Pro-sedur pelaksanaannya dengan menghilangkan setiap kata ke n (n=7) wacana. Paragraf pertama dengan terakhir dibiarkan utuh.
Definisi Operasional
Sebagai salah satu komponen pembelajaran, buku teks berpengaruh terhadap pe-ningkatan kualitas hasil belajar. Buku teks yg digunakan siswa harus angsal me-nunjang aktivitas siswa. Selain itu, buku teks pelajaran yg digunakan di sekolah-sekolah harus memiliki kebenaran isi, penyajian yg sistematis, penggunaan baha-sa dengan keterbacaan yg baik, dengan grafik yg fungsional.
Keterbacaan yg baik merupakan salah satu syarat yg harus dipenuhi agar suatu buku teks bisa dikatakan baik. Dalam menentukan keterbacaan suatu buku teks ba-nyak cara yg angsal digunakan seperti; formula fry, formula raygor, dengan cloze test ataupun tes uji rumpang. Dalam hal ini mau digunaka tes uji rumpang untuk menentu-kan uji rumpang.Dalam tes uji rumpang, hasil yg didapatkan mau digolongkan dalam bentuk penggolongan pembaca dengan penggolongan wacana. Dari penggolong-an tersebut mau diketahui apakah buku teks tersebut mempunyai keterbacaan yg baik ataupun tidak.
No comments:
Post a Comment