Guruberbahasa.com- Cerita Lucu Banget
Cowok Nyentrik / Antik
Hari ini adalah hari spesial, permulaan dari sebuah sejarah Baru. Akhirnya aku berhasil mengumpulkan keberanian untuk melakukannya, aku hendak mengajak kencan seorang gadis! Arya beraksi kembali, yeah!
Kali ini aku memakai pakaian favoritku, celana kulit warna hitam, kaos asli Valentino Rossi, jaket kulit hitam, serta tidak lupa kaca mata hitam sebagai pelengkap penampilan machoku. Di garasi rumahku, sedia menunggu motor Harley Davidson dengan helm replika milik Velentino yg khusus kupesan dari Italia. Dengan modal seperti ini, aku yakin tidak ada gadis yg mampu untuk menolakku.
Hari ini adalah hari spesial, permulaan dari sebuah sejarah Baru. Akhirnya aku berhasil mengumpulkan keberanian untuk melakukannya, aku hendak mengajak kencan seorang gadis! Arya beraksi kembali, yeah!
Kali ini aku memakai pakaian favoritku, celana kulit warna hitam, kaos asli Valentino Rossi, jaket kulit hitam, serta tidak lupa kaca mata hitam sebagai pelengkap penampilan machoku. Di garasi rumahku, sedia menunggu motor Harley Davidson dengan helm replika milik Velentino yg khusus kupesan dari Italia. Dengan modal seperti ini, aku yakin tidak ada gadis yg mampu untuk menolakku.
Rumahku yg mewah terletak di pinggiran kota, karena aku ingin memacu motorku di jalanan yg sepi. Dalam radius 9 km memang tidak ada rumah lain di sekitar tempat tinggalku, sehingga aku bebas melaju hingga 160 km/jam. Tapi saat ini suasana hatiku sedang santai, Harleyku hanya kularikan sebatas 100 km/jam. Tidak apa-apa, toh aku tidak sedang terburu-buru. Dengan waktu beberapa menit saja aku sedia sampai di pusat kota. Sangat disayangkan, padahal aku sangat menikmati angin yg menghembus tubuhku.
Bagiku keramaian lalu lintas kota benar-benar menyesakkan. Apalagi kalau harus berhenti saat lampu merah, seperti saat ini. Di trotoar yg ada di samping lampu aku melihat beberapa gadis sedang memperhatikanku. Mereka mulai berbisik-bisik, lalu mengeluarkan sebuah seruan yg tak asing lagi bagiku.
“Hai Cowok, godain kita dong!”, seru mereka. Dasar cewek cewek materialistik. Baru melihat cowok keren sedikit aja langsung merayu. Padahal saat ini helmku belum kubuka. Kalau mereka melihat wajahku, aku yakin mereka pasti hendak terpesona oleh ketampanan wajahku.
“Cowok keren, godain kita dong!”, mereka berteriak lagi. “Males, buat apa godain kalian. Dasar matre!”, jawabku sambil memacu Harleyku, karena lampu sudah berganti hijau.
Setelah memarkirkan motorku di tempat parker khusus, aku berjalan kaki k eke tempat tujuanku yg hanya berjarak 2 blik dari sini. Sebuah cyber cafĂ© favoritku, di mana aku bias berhubungan dengan teman-temanku via internet. Sebenarnya di rumahku juaga tersedia fasilitas internet, tapi aku lebih suka di sini. Sebab menurutku tempat ini terkesan lebih “gaul”.
Sepanjang perjalananku yg singkat ke sana, aku perhatikan banyak yg memandangku. Entah itu pria, wanita, tua alias muda, semua tersenyum dengan berbisik-bisik saat melihatku. Aku yakin mereka pasti sedang mengagumi penampilanku yg keren ini.
Akhirnya aku sampai di tempat tujuanku, dengan aku langsung mengambil posisi di computer favoritku yg terletak di pojok ruangan. Di monitor komputerku aku mulaimengetik nama Linda-Evangelista@lovemail.com. Di antara Clarissa, Cindy dengan Nadya, hanya dialah teman chattingku yg paling berkarakter.
Pengetahuannya luas dengan caranya menggunakan kata-kata yg terkesan angkuh, benar-benar manarik perhatianku. Dan dilihat dari namanya Linda-Evangelista (nama supermodel dunia), aku yakin dia seorang wanita yg manis dengan anggun. Aku sendiri menggunakan nama Valentino ‘Arya’ Rossi, saat di internet. Aku memanggilnya Eva dengan dia memanggilku Valen. Benar-benar romantis.
Ups, karena terlalu banyak melamun, aku tidak sadar kalau aku sudah online dengan Eva.
“Hai, Eva.”
“Valen, kamu terlambat 5 menit.“
Uh sial, Eva memang paling sensitif soal waktu, saat ini dia pasti amarah. Tapi apapun yg terjadi, terjadilah. Rencana untuk mengajaknya kencan harus terus kujalankan.
“Sorry, tadi banyak fans yg nguber.”
“Gombal.”
“Eva, aku ingin mengajakmu bertemu. Boleh?”
“Why not. Where?”
Uhuii dia mau. I am back in action! Akhirnya setelah satu bulan chatting, aku hendak bertemu dengan wanita yg sedia memikatku lewat kepribadiannya.
“Kita bertemu di restoran Prancis”Le Beau”, candle light dinner.”
“Okay, when?”
“Tonight, 8 PM”
“Apa, mendadak sekali?”
Gawat jangan-jangan Eva mau membatalkan acara kami.
“Kamu bisa kan, please!”
“O.K.”
Fuiih, hamper saja batal. But the plan must go on.
“Sebagai pengenal, aku hendak memakai setelan tuksedo dengan membawa seikat bunga mawar merah.”
“Kalau begitu, aku hendak memakai gaun merah.”
Wow, aku sudah membayangkannya. Gadis perjaka yg manis dengan anggun menggunakan gaun merah. Tunggu dulu, gaun merah?
“Kok seperti iklan Close Up. Kamu yg langsing alias yg endut?”
“The slim one, of course. Don’t you believe me?”
“Aku percaya kok. Eh, kita udahan dulu ya, siap-siap nanti malam”.
“O.K. Bye, see you tonight.”
Yes yes yes! Ini bagus sekali! This a great! A date between a perfect man and a perfect woman in the finest restaurant in the town. Rasanya aku harus bersiap-siap.
Pukul 19.15 aku sudah siap untuk menuju Le Beau. Aku mengenakan setelan tuksedoku lengkap dengan dasi kupu-kupu. Aku juga memakai jam tangan Rolex dengan sepatu kulit yg kubeli di Paris bulan lalu. Didepan rumah sedia menunggu sopis pribadiku dengan sebuah Limosin untuk mengantarkanku ke Le Beau dengan mengantar Eva pulang setelah dinner.
Akhirnya kepada pukul 19.45 aku tiba di Le Beau setelah terlebih di depan membeli bunga mawar. Di depan pintu restoran sedia menunggu Andre, sang waiters di Le Beau yg cukup mengenalku karena aku sering ke sini.
“Apa kabar Anda?”, sapa Andre dengan ramah.
“Aku baik-baik saja”, jawabku.
“Anda memesan meja untuk dua orang, benar?”
“Benar, nama temanku adalah Linda Evangelista dengan dia hendak mencariku dengan nama Valentino ‘Arya’ Rossi.”
“Baiklah. Sekarang mari ku antar ke meja Anda.”
Le Beau memang sesuai dengan namanya yg dalam bahasa Perancis berarti tempat yg indah. Restoran ini luas dengan dekorasi yg kental dengan budaya Perancis. Mejanya yg bundar tertutup kain linen putih, dengan di atasnya terdapat dua batang lilin dalam tempat lilin perak serta setangkai mawar putih dalam vas bunga antik. Denting suara piano dengan seorang penyanyi wanita mengalun merdu membuat suasana semakin romantis.
Sekarang sudah pukul 8 malam. Eva pasti hendak dating sebentar lagi. Aku tidak sabar menunggu kedatangannya, jadi pandanganku ku alihkan ke pintu depan. Di sana seorang wanita bergaun merah yg berusia 60 tahun sedang berbicara kepada Andre. Dia jelas bukan Eva, Eva pujaanku baru berusia 26 tahun, masih perjaka dengan cantik. Tapi kenapa Andre menoleh kepadaku? Andre dengan wanita itu semakin dekat berjalan ke arahku. Tidak! Wanita tua itu pasti bukan pujaan hatiku.
Aku memejamkan mataku, ketika aku membukanya kembali, Andre dengan wanita itu sudah berdiri di hadapanku. Sial!
“Tuan Arya, nyonya Linda sudah datang. Semoga malam kalian bedua menyenangkan”, ucap Andre sambil berlalu pergi. Lalu nenek tua duduk di hadapanku. Tidak, ini tidak nyata, ini mimpi. Aku tidak mungkin berkencan dengan nenek-nenek. Tidak mungkin.
“Halo Valen, aku Eva”, nenek tua itu tersenyum sambil mengulurkan tangannya yg keriput. Ugh, mengerikan.
“Ini kejutan yg menyenagkan, ternyata kita sama-sama berbohong”, lanjutnya.
Enak saja menuduhku berbohong. Dialah yg menipuku mentah-mentah. Mengaku sebagai gadis 26 tahun, ternyata nenek-nenek 62 tahun.
“Kau ternyata lebih tampan dari dugaanku”, ucapnya lagi. Yach, mendengar hal itu diucapkan seorang nenek tua, rasanya aku jadi mual.
“Bagaimana kalau kita langsung saja memesan makanan?”, tanyaku untuk mengalihkan perhatiannya.
Aku memanggil waiters. Ketika waiters dating ia bertanya dengan bahasa Perancis kepadaku.
“ Dia bertanya kita ingin makan apa”, aku menoleh kepada Eva.
“Aku tidak mengerti menunya, semua berbahasa Perancis”
“Kalu begitu aku yg memesan. Bagaimana kalau steak ala Perancis, lalu cake dengan buah untuk makanan penutup”, usulku.
Ih jijay! Menjijikkan! Nenek-nenek sepertinya seharusnya dikurung saja. Aku berpaling kepada waiters yg jelas lebih enak dilihat daripada nenek itu. Lalu menyampaikan pesananku kepada waiters dengan menggunakan bahasa Perancis.
“Kau ingin minum apa?”, tanyaku kepada Eva.
“Air putih saja”, jawabnya.
Setelah ku sampaikan pesananku kepada waiters, waiters pun berlalu pergi. Dan aku tinggal berdua dengan nenek genit ini. Menjijikkan.
Setelah lima menit penuh penderitaan bersama Eva, akhirnya waiters dating menyelamatkanku. Dia dating menyajikan makanan pesanan kami.
Saat itu aku melihat orang yg ku kenal di dalam restoran. Dia wanita berusia 45 tahun bersama putranya yg berusia 17 tahun. Wanita itu berbahaya bagiku. Bila dia sampai melihatku di sini, semua hendak kacau. Aku harus bersembunyi di suatu tempat di sini, tapi di mana? Saat aku kebingungan, wanita itu menoleh. Dan ya, dia melihatku.
“Ayah! Apa yg Ayah lakukan di sini?” wanita itu berkata.
“Jadi ini putrimu?”, Tanya Eva.
“Bukan, tentu saja bukan. Aku masih terlalu perjaka untuk mempunyai seorang anak”. Bantahku.
“Kakek ni bagaimana sih?”, Tanya pemuda itu,”kakek bilang, kakek pergi seminar”, dia tersenyum menggoda “Rupanya seminar cinta”.
“Halo, aku Risa, anak pertamanya. Dan ini Ryan, cucunya. Aku senang ayah berkencan lagi setelah kematian ibu”, wanita itu menjabat tangan Eva.
“Halo, namaku Eva”, Eva menyalami mereka, apa sich mau mereka sebenarnya mengaku-ngaku seenaknya.
“Maukah Anda dating ke pesta ulang tahun ayah yg ke 70 besok malam? Tempatnya di sini”, undang Risa.
“tentu saja aku mau. Jadi usiamu 70 tahun, Valen?”, Eva memandangku dengan tajam. Huh sial. Akhirnya terbongkar juga.
“Baiklah aku mengaku”, ucapku kepada Eva.
“Nama asliku Arya Kusuma. Besok usiaku tepat 70 tahun. Statusku adalah duda dengan 4 anak dengan 6 orang cucu”
“Dan julukan kakek adalah cowok nyentrik dengan antic”, sela Ryan.
Lalu semua orang tertawa. Menertawakanku. SIALLL!!!
No comments:
Post a Comment